Kabar5News – Jika Anda terlahir di era tahun 80-an hingga 90-an, tentu tidak asing lagi dengan merek sepatu Bata. Sebuah brand alas kaki yang tergolong “wah” saat itu, karena ketahanan tiada tanding berbalut harga lumayan merogoh kocek.
Namun, seiring berjalannya waktu dengan hadirnya kompetitor pada produk sejenis, popularitas merek sepatu dengan logo dan warna khas tersebut harus rela undur diri dari kancah industri alas kaki untuk kebutuhan sehari-hari.
Sebagaimana hasil keputusan akhir dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada (25/9/2025), yang menyetujui perubahan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan untuk menghapus kegiatan usaha industri alas kaki untuk kebutuhan sehari-hari.
Penghapusan lini bisnis ini terjadi sebagai akibat dari kinerja keuangan perusahaan yang masih tertekan.
Kinerja Bata Sangat Tertekan
Berdasarkan penelusuran, laporan keuangan semester 1 tahun 2025, BATA mencatat rugi bersih senilai Rp 40,62 miliar yang lebih rendah dari tahun sebelumnya pada periode sama yaitu Rp 127,43 miliar.
Sedangkan total aset perusahaan mengalami penurunan dengan perolehan sampai juni 2025 Rp 377,98 miliar. Kalau dibandingkan akhir tahun 2024 mencetak nominal Rp 405,66 miliar. Sebuah penurunan tajam pada 2025 ini.
Penjualan bersih juga menurun signifikan tahun ini menjadi Rp 159,43 miliar, sedangkan tahun sebelumnya Rp 260,29 miliar.
Selanjutnya, nilai liabilitas (hutang) tercatat sebesar Rp 434,54 miliar dengan ekuitas Rp 56,54 miliar.
Sejarah Panjang Sepatu Bata Masuk Indonesia
Dimulai pada 21 September 1894 di Zlin, Cekoslowakia, didirikan tiga bersaudara: Tomas, Anna dan Antonin Bata. Lambat laun perusahaan berubah menjadi raksasa sepatu global hingga bisa masuk ke Indonesia pada tahun 1931, lewat kerjasama importir Belanda.
Sempat mendirikan pabrik besar di Kalibata dan Purwakarta. Tapi, akibat terjadi kerugian finansial, pabrik Bata di Purwakarta akhirnya resmi ditutup tahun 2000-an, lalu perusahaan ini akhirnya menghentikan operasionalnya di Indonesia.
Secara garis besar bisa ditarik catatan seperti ini, pendirian awal oleh 3 bersaudara yang merupakan generasi kedelapan keluarga pembuat sepatu di kota Zlin, Cekoslowakia. Lalu mempunyai inovasi awal berupa mengganti bengkel tradisional dengan perusahaan lebih besar, menggabungkan kanvas dengan kulit untuk membuat sepatu Bata yang murah dan laris.
Setelah mengalami perkembangan pesat, Tomas Bata mengembangkan perusahaan jadi yang terbesar di Eropa hingga membangun Batavillage, berupa kompleks pabrik dan pemukiman bagi pekerjanya.
Mereka memberanikan diri ekspansi ke luar negara, lalu masuk dan beroperasi di Indonesia tahun 1931, sebagai importir sepatu melalui perusahaan kolonial bernama Netherlandsch-Indisch Tanjung Priok.
Tomas Bata akhirnya mendirikan pabrik pertama di Indonesia tahun 1940, berada di sekitar perkebunan karet daerah Kalibata, Jakarta Selatan. Karena permintaan produk semakin meningkat, dibangunlah pabrik besar di Purwakarta, Jawa Barat tahun 1994, sekaligus sebagai pemasok utama sepatu Bata di Indonesia selama 30 tahun.
Sayangnya, perusahaan mengalami krisis dan penutupan. Bata Indonesia menderita kerugian finansial signifikan, sehingga pabrik Purwakarta mengalami penutupan. Setelah terjadi kerugian finansial serta perselisihan industrial, perusahaan menghentikan operasinya.