Kabar5News – Aksi demonstrasi besar yang berlangsung pada akhir Agustus lalu di berbagai wilayah Indonesia berujung pada kericuhan. Massa yang awalnya turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi dan membela kepentingan rakyat justru terlibat bentrokan dengan aparat keamanan serta merusak sejumlah fasilitas umum.
Kerusuhan tersebut menyebabkan kerusakan di berbagai titik, termasuk halte, kendaraan umum, dan gedung pemerintahan. Aktivitas masyarakat pun terganggu akibat penutupan sejumlah ruas jalan dan terhentinya layanan transportasi umum. Aparat keamanan menyatakan bahwa puluhan orang telah diamankan karena diduga menjadi provokator dalam insiden tersebut.
Nabila, seorang buruh pabrik, menyampaikan pandangannya terkait demonstrasi tersebut. Ia menilai bahwa niat awal para demonstran sebenarnya baik, yaitu untuk membela kepentingan rakyat. Namun, aksi yang berujung ricuh justru mengaburkan pesan utama yang ingin disampaikan.
“Kalau tujuannya membela kemerdekaan bangsa dari pejabat yang egois dan nggak paham politik, itu sebenarnya bagus. Artinya masyarakat mulai berani bersuara. Tapi sistem politik kita sendiri kadang masih nggak jelas arahnya,” ujar Nabila saat diwawancarai Kabar5News, Kamis (10/10/2025).
Ia juga menyoroti minimnya pemahaman masyarakat tentang politik.
“Kalau ditanya ‘Apa sih politik itu?’ banyak yang belum benar-benar paham. Bahkan makna ‘suara rakyat’ pun masih belum jelas bagi sebagian orang,” lanjutnya.
Menurut Nabila, politik bukan hanya soal pemerintahan, tetapi juga mencakup dinamika di lingkungan lokal dan organisasi. Ia menyayangkan bahwa sebagian masyarakat belum memahami cara kerja pemerintahan secara menyeluruh.
“Politik itu luas banget. Nggak cuma soal pemerintahan, tapi juga bisa terjadi di lingkungan sekitar atau organisasi. Waktu itu kan yang dipermasalahkan soal politik pemerintahan. Tapi apakah mereka benar-benar paham bagaimana sistem itu berjalan?” katanya.
Nabila juga mengecam tindakan anarkis yang terjadi selama aksi, termasuk perusakan fasilitas umum. Menurutnya, aksi demonstrasi boleh-boleh saja asal tidak menganggu kepentingan umum dan merugikan banyak orang.
Ia menambahkan bahwa kerusakan tersebut berdampak langsung pada masyarakat dan menjadi beban negara.
Sementara itu, Rendi, seorang karyawan swasta di Jakarta, turut menyoroti dampak ekonomi dari kerusuhan tersebut. Ia menilai, tindakan anarkis telah menyimpang dari tujuan awal demonstrasi dan justru merugikan masyarakat.
“Aksi itu sudah keluar dari jalurnya. Kerusuhan dan perusakan fasilitas umum menimbulkan kerugian besar bagi masyarakat,” ujar Rendi.
Ia menambahkan bahwa dampak kerusuhan sangat terasa di kalangan pekerja, terutama mereka yang bergantung pada transportasi umum. Ini mengakibatkan tersendatnya roda ekonomi karena banyak orang yang tidak bisa sehingga merugikan masyarakat.
Rendi berharap masyarakat lebih bijak dalam menyampaikan aspirasi agar kejadian serupa tidak terulang.
“Masyarakat harus lebih bijak dan tidak mudah terprovokasi oleh oknum yang ingin memecah belah atau mengambil keuntungan dari situasi. Aspirasi sebaiknya disampaikan dengan cara yang tepat dan sesuai aturan,” tegasnya.
Nabila Rendi berharap agar demonstrasi yang berujung ricuh tidak lagi terjadi di masa mendatang.