Kabar5News – Salah satu pasukan elit yang dimiliki Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) adalah Kostrad. Kostrad merupakan kepanjangan dari Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat. Ciri utamanya adalah memiliki Baret Hijau. Kostrad juga adalah salah satu Komando Utama (Kotama) tempur yang dimiliki TNI AD.
Sebagai pasukan elit Kostrad memiliki kualifikasi Raider, dilatih untuk menguasai tiga kemampuan yakni perang gerilya, pertempuran jarak dekat dan anti teror. Artinya kemampuan Raider dibentuk agar pasukan mampu beroperasi di semua medan pertempuran, yakni; perkotaan, hutan, gunung, sungai, rawa, laut, pantai dan lintas udara (Linud).
Kualifikasi Raider untuk Kostrad sendiri disebut Brevet Cakra. Latihan penggemblengannya selama 3 bulan yang dibagi dalam 3 tahap, basis gunung, hutan dan rawa laut. Bertujuan untuk membentuk prajurit atau unit tempur yang memiliki ketahanan fisik dan mental yang luar biasa, dan siap untuk dioperasikan dalam jangka waktu yang panjang. Mampu bertempur terus-menerus selama 3 bulan dengan logistik yang minimal.
Selain kualifikasi Raider, Kostrad juga memiliki satuan peleton Intai Tempur atau Taipur. Pasukan ini memiliki keahlian khusus yakni sabotase, intelijen dan infiltrasi senyap.
Sejarah dan Pembentukannya
Gagasan pembentukan Kostrad bermulai dari inisiasi Jenderal Besar Abdul Haris Nasution pada tahun 1961 dengan mengeluarkan Surat Keputusan Men/Pangad No.MK/Kpts.54/3/1961 tanggal 6 Maret 1961. Tanggal itu kemudian yang menjadi hari jadi Kostrad.
Pada awalnya Kostrad dinamakan Cadangan Umum Angkatan Darat atau akronimnya Caduad. Pembentukannya berdasarkan kebutuhan mendesak akan adanya pasukan cadangan yang siap tempur untuk menghadapi berbagai ancaman terhadap keamanan nasional, khususnya dalam rangka operasi pembebasan Irian Barat yang saat itu dikuasai Belanda, melalui pelaksanaan Tri Komando Rakyat (Trikora) yang dicanangkan Presiden Soekarno. Sebagai Panglima Kostrad pertama saat itu adalah Mayor Jenderal Soeharto.
Pada 15 Agustus 1963, Caduad dilebur dan dirubah menjadi Komando Tjadangan Strategis Angkatan Darat, berdasarkan Surat Keputusan Kasad No. KPTS 178/2/1963 tanggal 19 Februari 1963. Sejak saat itulah Kostrad telah menunjukkan peran pentingnya dalam berbagai operasi militer besar seperti Operasi Trikora, Operasi Dwikora hingga Operasi Seroja.
Dalam pelaksanaannya Kostrad memiliki kedudukan langsung di bawah Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) dalam aspek pembinaan, sedangkan dalam aspek operasional berada di bawah Panglima TNI.
Pasukan Kostrad juga terlibat di berbagai penugasan non-tempur seperti menjadi bagian dari pasukan perdamaian di bawah kendali Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lainnya juga seperti pengamanan perbatasan, penanggulangan bencana alam, serta operasi pembebasan sandera.
Organisasi dan Kekuatan
Secara organisasi, Kostrad dipimpin oleh seorang Panglima Kostrad (Pangkostrad) yang pada umumnya berpangkat Letnan Jenderal. Markas Kostrad (Makostrad) berlokasi di Gambir, Jakarta Pusat.
Kostrad memiliki kekuatan yang terbagi dalam tiga Divisi Infantri (Divif) utama, yaitu :
- Divisi Infantri 1/Kostrad di Cilodong, Depok, Jawa Barat.
- Divisi Infantri 2/Kostrad di Singosari, Malang, Jawa Timur.
- Divisi Infantri 3/Kostrad di Bontomarannu, Gowa, Sulawesi Selatan.
Setiap Divif membawahi berbagai satuan tempur dan bantuan tempur lainnya, seperti Briade Infantri, Batalyon Infantri (termasuk Batalyon Udara/Para Raider), Batalyon Arteleri Medan, Batalyon Alteleri Pertahanan Udara, Batalyon Kavaleri dan satuan pendukung lainnya.
Tokoh-Tokoh Nasional Mantan Pangkostrad
Adalah Soeharto, sebagai Pangkostrad pertama, yang kemudian menjadi Presiden ke-2 Republik Indonesia. Lalu Umar Wirahadikusumah, Rudini, Wiyogo Atmodarminto, Muhammad Ismail, Wismoyo Arismunandar, Wiranto, Ryamizard Ryacudu, Bibit Waluyo, Pramono Edhie Wibowo, Gatot Nurmantyo, Edy Rahmayadi, Andika Perkasa dan Prabowo Subianto yang kini menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia ke-8.