Kabar5News – Bekerja di satu tempat dalam jangka panjang sering dianggap aman, namun kenyataannya tidak selalu membawa kebahagiaan.
Fenomena ini dikenal dengan istilah “job hugging”, yaitu kondisi ketika seseorang bertahan di pekerjaannya bukan karena berkembang, melainkan sekadar demi rasa aman.
Situasi ekonomi yang tidak menentu serta meningkatnya angka PHK membuat banyak pekerja memilih untuk tetap berada di zona nyaman.
Mereka enggan mengambil risiko mencari pekerjaan baru meski peluang pertumbuhan karier terbatas.
Menurut Jennifer Schielke, CEO sekaligus pendiri Summit Group Solutions, job hugging bukanlah tanda loyalitas, melainkan bentuk stagnasi. “Dalam kondisi penuh ketidakpastian, bertahan di posisi yang ada sering dianggap cara paling logis untuk menjaga stabilitas,” ujarnya dikutip dari Forbes.
Rasa khawatir terhadap otomatisasi dan hadirnya teknologi kecerdasan buatan juga memperburuk keadaan. Ditambah dengan tekanan ekonomi global, kecenderungan ini semakin menguat.
Sebuah riset BoldHR di Australia bahkan menemukan bahwa sepertiga manajer mengalami kelelahan akibat beban kerja. Schielke mengingatkan bahwa job hugging bisa menjadi sinyal bahaya bagi perusahaan.
Saat kondisi ekonomi membaik, para karyawan yang hanya bertahan karena terpaksa berpotensi besar mengundurkan diri secara massal untuk mencari peluang baru.
Gejala yang muncul antara lain meningkatnya stres, suasana kerja yang mudah terganggu, hingga penurunan produktivitas karyawan. Inilah alasan mengapa fenomena job hugging penting diperhatikan oleh para pemimpin organisasi.