Kabar5news – Sarapan penting dilakukan untuk memulihkan energi setelah bangun tidur dan membuat suasana hati jadi lebih menyenangkan.
Ada banyak pilihan menu sarapan favorit yang bisa Anda santap setiap harinya, seperti nasi uduk, nasi kuning, bubur ayam, bahkan lontong sayur.
Namun, kebanyakan orang menjadikan bubur ayam sebagai pilihan yang praktis untuk mengenyangkan perut, menghangatkan badan. Selain kaya akan rasa, teksturnya lembut hingga mudah dicerna.
Mungkin, diantara Anda ada yang bertanya kenapa bubur ayam banyak digemari masyarakat Indonesia? Hal ini tentu tak lepas dari sejarah panjang mengenai bubur ayam hingga akhirnya dikenal masyarakat luas.
Bubur ayam tak hanya bicara soal isi perut atau rasa gurih dan nikmat dengan tambahan toping di atasnya. Tepatnya, bubur ayam merupakan perpaduan unik antara warisan kuliner dengan sentuhan lokal Indonesia.
Artikel di bawah ini mengulas, sejarah singkat bubur ayam serta alasan kenapa makanan tersebut jadi makanan ikonik masyarakat Indonesia. Berikut ulasannya.
Sejarah Bubur Ayam
Menelisik dari berbagai sumber, bubur sebenarnya hidangan yang sudah ada sejak lama, jauh sebelum masehi.
Menurut catatan sejarah, bubur sudah ada sejak zaman Kaisar Kuning atau Kasiar Xuanyuan Huangdi yang saat itu tengah dilanda krisis pangan akibat kemarau panjang.
Sepanjang masa paceklik, banyak rakyat dan prajurit yang meninggal karena kelaparan. Revolusi pertanian tidak memungkinkan dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama.
Hingga suatu hari, sang Kaisar punya ide untuk melunakan nasi setelah melihat nasi yang tengah ia santap melunas saat disiram kuah sayur yang panas.
Selang itu, Kaisar melakukan percobaan berkali-kali untuk melunakan nasi. Percobaan demi percobaan dilakukan, hingga akhirnya ia menemukan cara untuk membuat berat jadi encer, atau yang dikenal sekarang dengan sebutan bubur.
Bubur tersebut dibuat secara massal, lalu dicampur dengan kaldu ayam dan kuah sayur. Sejak saat itu, masalah kelaparan teratasi dengan bubur ayam.
Seiring berjalannya waktu, bubur ayam pun jadi santapan sarapan sehari-hari orang Tiongkok. Dan kemudian, kebiasaan ini menyebar hingga ke Indonesia.
Bubur ayam tiba di Indonesia pada abad ke -16 oleh pedagang Tionghoa. Sejak saat itulah, bubur mengalami perkembangan di berbagai daerah di Indonesia.
Awalnya, bubur hanya disajikan dengan ayam, kuah kaldu, dan bawang goreng. Kini, bubur ayam sudah dilengkapi dengan aneka toping yang mengunggah selera, seperti telur, cakwe, kerupuk, sate usus, sate ampela, sambal, dan lainnya.
Tak sedikit masyarakat Indonesia yang suka santap bubur aam, terbukti dari banyaknya bubur ayam yang tersebar di seluruh kota dengan ciri khasnya masing-masing.
Seperti bubur ayam khas Jakarta, Cianjur, Bandung, dan lain sebagainya. Cara menyantapnya pun berbeda-beda, ada yang suka bubur ayam diaduk dan tidak diaduk. Keduanya punya sensasi yang berbeda.
Jadi, Anda suka yang mana, bubur diaduk atau tidak diaduk?.***