Kabar5News – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menegaskan pentingnya praktik berkelanjutan dalam pengelolaan kilang sebagai bagian dari upaya memenuhi kebutuhan energi nasional. Direktur Operasi KPI, Didik Bahagia, menyebutkan bahwa keberlanjutan tidak hanya berfokus pada operasional kilang semata namun juga mencakup komitmen terhadap perlindungan lingkungan dan penguatan ekonomi lokal, serta sejalan dengan prinsip Environmental, Social, & Governance (ESG).
“Dalam konteks keberlanjutan, KPI mengimplementasikan prinsip-prinsip ESG sebagai fondasi dalam menjalankan bisnis yang bertanggung jawab, berkelanjutan, dan berdaya saing global,” ujar Didik.
Untuk itu, KPI menurut Didik menerapkan enam pilar keberlanjutan yang bertujuan meminimalisir dampak lingkungan dan sosial, tanpa mengorbankan produktivitas. Menurut Didik, ini membuat perusahaan tetap dapat beroperasi menghasilkan produk BBM yang diperlukan oleh masyarakat serta menghasilkan keuntungan dengan cara yang ramah lingkungan dan tidak merugikan masyarakat.

Pilar pertama adalah efisiensi energi. “Penggunaan energi merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam mengoperasikan kilang. Untuk itu, KPI terus melakukan inovasi untuk semakin mengefisienkan penggunaan energi diantaranya memanfaatkan teknologi seperti Electronic Burn Fraction Adjuster untuk mengoptimalkan pembakaran bahan bakar di unit pembangkit uap, serta melakukan reengineering komponen kompresor hidrogen guna meningkatkan kinerja mesin,” jelas Didik.
Didik juga mengatakan, ini adalah sebuah inovasi teknologi yang digunakan untuk mengoptimalkan proses pembakaran bahan bakar pada unit pembangkit uap (steam producer), khususnya di area utilitas kilang. “Inovasi ini membuat Energy Intensity Index (EII) KPI turun menjadi 105% pada 2024, membaik dari 107% tahun sebelumnya. Untuk memastikan hal tersebut, KPI juga menerapkan sistem manajemen ISO 50001 tentang Energy Management System,” ungkap Didik
Pilar kedua yakni reduksi emisi, yang bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dalam operasional kilang. Salah satunya melalui pemanfaatan gas bumi di Kilang Dumai dan Balongan. Hasilnya, KPI mencatat penurunan emisi lebih dari 430 ribu ton CO₂e sepanjang 2024.
Sementara itu, digitalisasi proses menjadi pilar ketiga. KPI memperluas sistem kendali canggih atau Advanced Process Control (APC) di seluruh unit kilang untuk meningkatkan efisiensi, mencegah deviasi operasi, dan menghemat energi. Dengan pilar ini, konsumsi energi dalam operasional KPI bisa dikurangi. Kontrol pada kinerja masing-masing bagian juga lebih baik, sehingga segala bentuk penyimpangan bisa diminimalisir
Pilar keempat, efisiensi sumber daya, berfokus pada optimalisasi pemakaian energi, air, bahan baku, dan material lainnya agar lebih hemat dan ramah lingkungan. “Tujuannya tak lain adalah meningkatkan produktivitas sekaligus mengurangi dampak lingkungan,” tutur Didik.

Pada pilar kelima, KPI juga turut mengembangkan produk berbasis energi terbarukan yang lebih rendah karbon seperti Sustainable Aviation Fuel (SAF) dan Renewable Diesel (RD) untuk mengurangi jejak karbon. Kini KPI tengah berupaya mengembangkan SAF dengan bahan baku minyak jelantah yang diyakini daapat juga mendukung prinsip ekonomi sirkular dan target Net Zero Emission 2060 atau lebih cepat.
Pilar terakhir adalah keamanan proses dan pencegahan kerugian (Process Safety and Loss Prevention). Menurut Didik, melalui pilar ini, KPI menerapkan sistem perlindungan menyeluruh untuk mencegah kecelakaan besar di kilang, sekaligus menjaga keselamatan pekerja, aset, dan lingkungan.
“Enam pilar tersebut kami terapkan untuk meningkatkan kinerja kilang, guna menghasilkan produk berkualitas yang bermanfaat bagi masyarakat. Kami berkomitmen mencapai target itu tanpa mengesampingkan aspek penting lainnya, termasuk prinsip-prinsip ESG,” tutup Didik.