Sebuah prosa sastra karya Taufan Hunneman
Kabar5News – Kisah ini diceritakan oleh dia kepada kami.
Kiri namanya. Lahir di rumah bedeng pinggir rel kereta api. Sekalipun tanah itu milik PT KAI, namun ayah Kiri yang bernama Kiri Mentog tetap membayar kepada oknum pegawai rendahan pemerintahan sebesar 30 ribu rupiah setiap bulan.
Ayah Kiri, Kiri Mentog, sehari-hari bekerja sebagai buruh harian lepas, sedangkan ibunya yang bernama Genjer sehari-hari bekerja sebagai ART (Asisten Rumah Tangga) di klaster kaya para OKB (Orang Kaya Baru).
Percintaan Kiri Mentog dan Genjer adalah percintaan liar di luar batas sekat.
Mereka menikmati percintaan bukan saja di bedeng rumah sang ayah, namun juga di bekas gerbong, bahkan di WC umum tempat para buruh menghabiskan waktu untuk mandi dan buang hajat.
Kiri lahir di bedeng pinggir rel kereta api, dibantu oleh dukun beranak dan ibu dari Kiri Mentog, yakni Lenina. Soal Lenina ini, selain berpengalaman, konon juga hobinya bercinta bukan demi uang, namun memang ada kelebihan hormon seksual sehingga acapkali bercinta tanpa bayaran.
Rutinitas bercinta Lenina dengan seorang pemuda keturunan Indo bernama Stalinan melahirkan Kiri Mentog, yang hingga kini menjadi misteri siapa ayahnya.
Kiri memiliki paras yang ganteng, sedikit berkumis, dan badannya kekar, sebab setiap hari pekerjaannya menjadi buruh harian lepas, mirip ayahnya.
Kiri kadang bekerja menggali parit, mengangkat batu, serta memanggul beras untuk dipindahkan ke toko milik Pak Kusam.
Kiri tumbuh menjadi orang yang sering berkhayal. Bahkan khayalannya masuk kategori utopis.
Soal makan, asal ada nasi sedikit lauk dan bisa kenyang, itu sudah cukup baginya.
Kiri membantu ekonomi orang tuanya sebab sudah berusia 24 tahun. Bulu-bulu di sekitar penisnya lebat, jakunnya tumbuh, dan badannya kekar. Sekalipun berkulit gelap, namun untuk urusan muka, rambut, serta penampilan, Kiri terlihat bersih.
Untuk menyiasati semua biaya perawatan, Kiri menanam lidah buaya agar rambut tetap klimis.
Sabun batangan merek Tante Lux selalu ia gunakan, bahkan Kiri konsisten mandi dua kali sehari, atau bahkan tiga kali sehari. Ia memilih rajin mandi daripada salat.
Air bersih didapatnya karena ada kerja sampingan mencuci mobil milik seorang perempuan bernama Merah.
Merah adalah PSK (Pekerja Seks Komersial) terselubung.
Sebab, ia tidak menjajakan tubuhnya sebagai PSK di pinggir jalan Melawai, tidak sebagai LC (Lady Companion) di karaoke daerah Mangga Dua, bahkan tidak juga sebagai PSK yang sering open BO (Booking Online) di aplikasi MiChat.
Dia adalah simpanan pejabat, namun bukan “kakap.” Bagi Merah, satu berkah tersendiri dia dimodali mobil city car, rumah luas 100 meter berlantai dua, dan mendapat bulanan sebesar 20 juta rupiah. Hal ini yang bikin Merah bahagia.
Acapkali pejabat tersebut hanya suka dikulum, dimainkan penisnya hingga klimaks, lalu tidur dan pulang di sore hari.
Demikianlah surga bagi si Merah.
Namun, Merah merindukan pria yang bisa bercinta bagai banteng. Dia sering kali terangsang melihat Kiri saat memandikan mobilnya.
Dia berkhayal serta ingin sekali dimandikan seperti mobilnya: diguyur, dilap, disemprot.
Oooh, Merah terangsang! Apalagi Kiri pun sering dengan sengaja membuka baju untuk memperlihatkan otot-ototnya yang terbentuk secara alamiah, bukan efek dari latihan di tempat fitness.
Jumat, pukul 17.30. Selepas pejabat papan tengah ini terpuaskan karena habis dibuat onani, Merah masih mengenakan daster tanpa bra. Dia memancing dengan memanggil,
“Kiri, bisakah kau betulkan selang AC ini? Sepertinya bocor.”
Kiri manut dan memasuki kamar yang masih terdapat tisu berbau amis, seprai berantakan, serta Merah yang berdaster dengan pentil (puting) bagai jengkol.
Akhirnya, kali pertama Kiri bercinta. Kali pertama dia lelah bukan karena bekerja, melainkan satu kenikmatan yang kemudian membuat mereka menjadi candu.
Kiri menikmati hubungannya dengan Merah. Demikian juga, Merah sangat menyayangi Kiri.
Kiri kini dimanjakan: pakaian, sepatu branded. Bahkan, kini rambutnya tidak lagi memakai lidah buaya, melainkan gel rambut yang sering dipakai oleh para pesinetron.
Kiri pun paham bahwa semua yang dia dapat berasal dari Merah. Dia juga paham bahwa sumber uang Merah berasal dari pejabat yang wajahnya mirip tikus got.
Karena itu, Kiri selalu bisa menahan marah saat sang pejabat itu bercanda, yang disertai tawa manja dari si Merah.
Kiri kini berubah status. Dia naik status menjadi sopir sekaligus pemuas seks dari Merah. Bau harum parfum, skincare wajah, cukuran rambut salon yang bukan lagi di tempat Kang Dadang di bawah pohon beringin.
Kiri kini enggan bekerja sebagai buruh harian lepas. Bahkan, Merah harus mengeluarkan uang agar Kiri bisa tinggal di kontrakan dekat perumahan.
Selain mudah terpantau, ini juga mempermudah saat si Merah membutuhkan layanan khusus.
Merah pun kini berpenghasilan lebih dari 20 juta rupiah. Selain dari pejabat yang wajahnya seperti tikus, sesekali melalui jaringan circle-nya, Merah mendapatkan pekerjaan part-time untuk bercinta dengan para “curut.”
Hasilnya, sekali main bisa 5 hingga 10 juta rupiah.
Wajar saja. Wajah Merah cantik ala Indonesia. Banyak disukai oleh mereka yang bosan dengan wajah istrinya yang banyak benang (tarik benang), sulam bibir, serta implan payudara.
Kiri meninggalkan kekumuhan. Tampil dengan sosok modis. Dia lupakan ayahnya, Kiri Mentog, dan ibunya,
Genjer. Dia hanya senang bercinta, berpesta, mabuk-mabuk, serta diam-diam menyukai perempuan lain selain Merah.
Malapetaka
Uang pemberian Merah dia habiskan bersama Revolita, perempuan LC yang doyan bercinta di mobil. Sesekali Kiri meminjam mobil serta bercinta di dalamnya.
Tempat favorit mereka adalah parkiran Taman Senopati. Berkali-kali bercinta, berkali-kali dompet terkuras.
Namun, Revolita meninggalkan pesan kuat di dalam mobilnya: celana dalam, serta hamil. Sebab, Kiri tidak mengetahui kalau selama ini bercinta dengan Merah tanpa kondom karena Merah disuntik KB (Keluarga Berencana).
Tidak demikian dengan Revolita. Dia tidak ber-KB. Dia berharap dapat menikah serta keluar dari kehidupan sebagai LC dengan menikahi pria mapan, si Kiri (dia tidak tahu bahwa semua fasilitas ini milik Merah).
Setelah sekian lama ditutupi, akhirnya ketahuan. Merah mengetahui kehamilan Revolita dan menghardik Kiri. Semua fasilitasnya ditarik, uang bulanannya dihentikan, serta Kiri kini kembali kepada kehidupan yang lama.
Namun, kali ini berbeda. Revolita hamil dan memiliki anak yang kemudian diberi nama Anarkho. Karena keduanya membenci kemiskinan dan mengutuk kehidupan, maka Anarkho menjadi anak yang brutal.
Kelak, Anarkho akan sangat menyusahkan Kiri. Revolita kabur serta menjadi PSK yang mangkal di Jalan Melawai, dengan payudara yang kendur, pantat yang turun, serta bulu ketek yang tidak di-laser.
Dan apesnya bagi Kiri, jika dia ingin bercinta dengan Revolita, dikenakan biaya yang sama dengan pelanggan lainnya, hanya saja mendapat potongan diskon 30 persen.