Kabar5News.id – Kini, berbagai merk kulkas sudah marak dan tersedia di pasaran dengan menawarkan beragam keunggulan dan teknologi yang canggih.
Tipe kulkas yang ada di pasaran juga banyak, ada yang 1 pintu, 2 pintu, yang umumnya sudah punya fitur yang lengkap di kelasnya.
Ada pula kulkas mini yang punya peminatnya sendiri, khususnya untuk anak kost atau ibu rumah tangga yang tinggal di apartemen atau punya dapur dengan kapasitas ruang terbatas.
Banyaknya pilihan kulkas dengan desain yang stylish serta hemat energi mampu memikat mata siapapun yang melihatnya.
Saat ini bisa dikatakan, kulkas tak lagi berfungsi sebagai penyimpan makanan, tetapi juga sudah menjadi bagian hidup dari seseorang.
Bahkan, kurang pas rasanya jika di rumah kekurangan satu barang elektronik yang bisa diandalkan untuk menyimpan makanan dan membuatnya jadi segar meski disimpan dalam jangkan waktu yang lama.
Bisa gak di rumah tidak ada lemari pendingin? Bagaimana cara mengawetkan daging, ikan, sayur mayur yang dibeli di pasar agar tetap segar?
Mungkin, pertanyaan-pertanyaan tersebut kerapkali dipertanyakan banyak orang dan membuat rasa penasaran. Bagaimana sih orang zaman dulu mengawetkan bahan makanan ?
Sejarah singkat kulkas
Menurut informasi dari berbagai sumber, lemari es atau kulkas muncul dan berkembang di awal-awal abad ke 20.
Pada 1805, Oliver Evans awalnya merancang mesin pendingin yang mengunakan uap sebagai penganti cairan yang merupakan satu Langkah awal dalam ilmu teknologi.
Seiring waktu berjalan, Frigidaire memperkenalkan kulkas besi denganlapisan porselen pada 1923 dan menjadi prototipe kulkas moden.
Pada 1950-1960 an disebut sebagai masa alih fungsi, dimana kulkas berkembang tidak hanya untuk membuat es tetapi juga untuk menyimpan berbagai jenis makanan agar tetap segar.
Mulai 1960 ke atas disebut fase penyempurnaan teknologi, dimana zat pendingin seperti freon mengantikan zat-zat kurang aman dan desain kulkas terus mengalami penyempurnaan hingga saat ini.
Cara nenek moyang mengawetkan makanan
Di masa lalu, mengawetkan makanan sangat diperlukan karena pada saat itu makanan yang dikonsumsi masih murni, berasal dari bahan-bahan alami.
Musim panen buah atau sayur dilakukan secara berkala, itupun tergantung cuaca. Untuk itu mereka berupaya menyimpan makanan dalam jangka waktu lama agar tetap awet dan tidak busuk.
Seperti contoh di Romawi, masyarakat kuno zaman dulu mengandalkan es yang diambil langsung dari puncak gunung agar bahan makanan tetap segar.
Di Meksiko, Suku Astec mengunakan salju untuk menjaga makanan agar tetap segar dengan cara mengali lubang besar di tanah dan ditutup dengan jerami dan kayu setelah itu ditutup mengunakan es.
Di sisi lain, orang zaman dulu mengunakan teknik pengeringan atau dehidrasi. Hal ini dilakukan untuk menghindari pembusukan.
Mereka menjemur semua bahan makanan di bawah sinar matahari, seperti ikan, daging, buah, sayur hingga kering.
Metode tradisional ini dipercaya bisa menyimpanan dalam jangka waktu yang lama tanpa khawatir menjadi busuk.
Konon, di beberapa kebudayaan lain, metode pengeringan ini sudah dilakukan dengan cara yang canggih, mengunakan teknik pengasapan atau penghangat tertentu.
Teknik ini mengunakan asap yang berasal dari kayu-kayu tertentu yang mengandung zat yang dapat membunuh bakteri, sehingga makanan bisa bertahan lebih lama.
Metode selanjutnya adalah penggaraman yang sudah dipraktekan sejak ribuan tahun yang lalu, terutama untuk mengawetkan daging dan ikan.
Garam bekerja optimal untuk menarik air yang terdapat dalam setiap bahan makanan serta menciptakan lingkungan yang tidak ramah bagi bakteri.
Pasalnya, dalam beberapa kasus teknik penggaraman ini menghasilkan citra rasa yang unik. Teknik ini dianggap cerdas, selain bisa menambah citra rasa yang unik, tetapi juga menjadi senjata yang ampuh untuk mengawetkan makanan.***